DIRIKU
YANG AKAN DAN SEDANG MEMBANGUN TEORI LEARNING
TRAJECTORY
Assalamualaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim...
Dari
kegiatan perkuliahan Lerning Trajectory
hari Selasa, 7 April 2015, dapat saya pahami bahwa Learning trajectory atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
alur belajar. Alur belajar di sini pastilah yang dimaksudkan adalah alur
belajar siswa. Sedangkan untuk para guru ada yang disebut dengan teaching trajectory atau alur mengajar
guru. Belajar tentang learning trajectory
bermula dari kita belajar memahami diri kita sendiri untuk dapat memahami orang
lain. Bahwa kita sebagai manusia merupakan makhluk yang tidak sempurna dan
penuh dengan keterbatasan. Begitu pula dengan siswa kita, jadi wajar apabila
siswa kita melakukan kesalahan-kesalahan dalam belajarnya. Dalam learning trajectory menyangkut empat
aspek, yaitu aspek material, formal, normatif, dan spiritual.
1.
Aspek
Material
Aspek material dalam learning trajectory bisa meliputi
lingkungan belajar siswa. Lingkungan di sini meliputi lingkungan sosial,
budaya, dan lain-lain serta pembelajaran
kontekstual atau yang disesuaikan dengan konteks wilayah dimana siswa melakukan
kegiatan belajar. Dalam aspek material ini, siswa menggali dan membangun
pengetahuannya sendiri malalui serangkaian pengalamannya dalam melakukan kegiatan.
Pengetahuan yang didapatkan siswa dengan cara demikian akan lebih bermakna
dibanding dengan ketika siswa mendapatkan pengetahuan dari cerita dan
penjelasan yang diberikan oleh guru. Guru harus paham benar akan hal ini, bahwa
pengalaman belajar siswa menjadi sangat penting dalam kegiatan belajar. Seperti
ketika Prof. Marsigit menayangkan video pembelajaran team teaching di kelas Learning Trajectory hari Selasa, 24 Maret
2015 sangat memberikan banyak masukan kepada saya bahwa ketika kita
melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada kegiatan siswa, ternyata
siswa akan berkreasi dan mengeksplore kegiatan belajar sehingga mereka dapat
menemukan esensi dari kegiatan belajarnya bahkan di luar dari yang saya
bayangkan. Siswa mampu menemukan konsep-konsep matematika sendiri dan guru
tidak mengajari hanya memfasilitasi dan membimbing kegiatan belajar siswanya.
2.
Aspek
Formal
Aspek formal dalam learning trajectory meliputi UUD 1945, Pancasila, UU, Perpu,
Permen, Kurikulum, perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar Kerja Siswa), variasi dan interaksi
belajar, dan juga assesmen. Kurikulum dan perangkan pembelajaran dapat kita
kembangkan sendiri dengan disesuaikan dengan potensi wilayah. Perangkat
pembelajaran harus dipersiapkan oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran.
Perangkat pembelajaran ini penting dalam kegiatan pembelajaran karena merupakan
acuan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Meskipun skenario pembelajaran
telah dibuat oleh guru dalam RPP, namum pelaksanaan pembelajaran tidak kaku
atau saklek, harus sama persis dengan skenario yang telah disusun. Pelaksanaan
pembelajaran bersifat fleksibel dan kontekstual sesuai dengan keadaan di
lapangan ketika pelaksanaan pembelajaran. Dalam menyusun LKS guru juga
seyogyanya memperhatikan karakterisik siswa. Jadi LKS yang disusun guru telah
disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan siswanya. Dalam mengeksplore
atau mengembangkan perangkat pembelajaran, kita harus memperhatikan kebutuhan dan
kedudukan siswa kita. Untuk dapat membelajarkan siswa, kita harus memahami
teori dan praktek pembelajaran itu sendiri. Sesuai dengan teori Paul Ernest
bahwa setiap tempat, daerah, atau wilayah memiliki karakteristk yang berbeda
dengan daerah lain, maka tidak semua teori belajar dapat diterapkan pada semua
wilayah. Mungkin akan efektif diterapkan di wilayah A, namun belum tentu tepat
dan berhasil diterapkan di wilayah B. Sebelum melaksanakan pembelajaran
terlebih dahulu kita harus memahami teori dan praktek pembelajaran, karena
terkadang antara teori dan praktek tidak sejalan. Teori yang telah kita dapat
belum tentu dapat kita terapkan dalam praktek pembelajaran. Praktek pembelajaran
dapat kita pelajari secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, kita
dapat langsung terjun ke lapangan atau ke sekolah untuk mempraktekkan
pembelajaran. Sedangkan secara tidak langsung dapat kita pelajari melalui penayangan
video-video pembelajaran. Dari situ kita dapat mengambil manfaat baik dari sisi
metode, media, maupun strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Yang tentunya
ketika nantinya kita menerapkannya dalam pembelajaran kita harus memperhatikan
kebutuhan atau karakteristik siswa karena setiap jenjang pendidikan memiliki
karakteristik dan kebutuhan yang tentunya berbeda-beda
3.
Aspek
Normatif
Aspek normatif dari learning trajectory meliputi jurnal, penelitian, makalah, buku, prosiding,
dan sumber referensi lainnya. Dengan kita mempelajari hal-hal tersebut kita
akan dapat memahami pikiran kita sendiri yang berarti kita telah memahami
filsafat. Karena sesungguhnya filsafat adalah olah pikir kita. Makna dari filsafat
adalah hakikat, metode serta etik dan estetika. Hakikatnya adalah bahwa dalam
sebuah sistem pendidikan (wadah) terdapat tiga ajaran (isi) yang dapat kita
jadikan pedoman, yaitu ajaran dari Ki Hajar Dewantara yang meliputi Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun
Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Dalam
isi, juga terdapat sintak atau menghubungkan pengetahuan-pengetahuan yang
didapatnya. Metodenya adalah dengan memahami paradigma pembelajaran dengan kita
mempelajari berbagai teori-teori belajar dan mengajar. Dengan membaca dan
memahami berbagai teori belajar dari berbagai referensi kemudian kita
menghubungkan teori-teori belajar tersebut. Sedangkan etik dan estetika dalam
berfilsafat yaitu dengan kita berlaku sopan dan santun terhadap ruang dan
waktu. Kita tahu batasan-batasan kita sebagai manusia dan sebagai guru. Bahwa siswa
adalah siswa bukan diri kita. Maka kita tidak bisa menyamakan pemikiran siswa
dengan pemikiran kita sebagai guru. Kita tidak bolek memaksa siswa kita untuk
berpikir dan melaksanakan seperti apa yang kita pikirkan. Mereka memiliki
kebebasan mereka sendiri untuk berpikir, dan mengembangkan pengetahuannya dan
potensinya sendiri. Kita sebagai guru yang harus mampu memahami karakteristik
siswa kita dan memfasilitasi mereka untuk berkembang dan menyalurkan bakat
serta potensinya masing-masing.
4.
Aspek
Spiritual
Aspek spiritual merupakan aspek tertinggi dalam semua hal. Aspek spiritual dari learning trajectory meliputi syariat,
hakikat dan ma’rifat. Dengan segala keterbatasan kita sebagai manusia, kita
tetap memiliki kewajiban untuk membagi dan menyampaikan apa yang kita ketahui atau
apa yang kita miliki. Sebagai guru dengan segala daya dan upayanya untuk menuntun
peserta didiknya membangun ilmu pengetahuan semoga menjadi ladang amal yang
akan menemani kita mengarungi kehidupan di akhirat. Dan semoga ilmu yang kita
sampaikan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi siswa kita. Dengan niatan yang
tulus segala sesuatu yang kita kerjakan hanya diniatkan untuk mendapatkan ridho
dari Allah SWT.
Keempat
aspek learning trajectory di atas
yang akan kita gunakan untuk membangun hermeneutika learning trajectory. Seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini:
Di
setiap titik dalam spiral hermeneutika learning
trajectory memiliki titik-titik yang akan membentuk spiral hermeneutika
lain dalam membangun hidup yang meliputi sadar akan ruang dan waktu dalam
membangun rutinitas dalam kebersamaan membangun hidup. Begitu juga dalam
membangun pengetahuan diperlukan suatu kegiatan yang rutin artinya secara continue
atau terus menerus melakukan kegiatan belajar untuk membangun pengetahuan. Karena
sebenar-benar belajar adalah membangun pegetahuan, dan sebenar-benar membangun
pengetahuan adalah kegiatan belajar.
Wassalamualaikum wr.wb
Oleh:
NAMA:
ARIFAH NUR
NIM:
14712259017
MATA
KULIAH: Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
KELAS:
PD P2TK DIKDAS
DOSEN
PENGAMPU: Prof. Dr. Marsigit, MA.
Aslm good, teruskan. Wslm
BalasHapusAslm, ada tiga macam spiral yg berbeda. Cermatilah. Wslm
BalasHapusAslkum, terimakasih Prof, sebenarnya saya memahami kesalahan percabangan spiral seharusnya spiral paling atas atau yang menjelaskan rutinitas itu seharusnya spiral dengan besar yang sama atau mungkin bisa dijelaskan bahwa sebuah rutinitas hanya dijalankan saja tanpa ada perubahan di dalamnya atau dapat dikatakan statis.
BalasHapusSpiral ke dua atau yang menjelaskan kesadaran pada ruang dan waktu seharusnya dari bentuk besar ke kecil. Dan spiral ketiga yang menjelaskan tentang konsep membangun hidup atau dapat juga dikatakan membangun teori, yaitu spiral yang berkembang dari bentuk kecil ke besar.
Terimakasih atas bimbingan Prof. Marsigit. Elegi-elegi Profesor banyak menginspirasi saya.
Wassalamualaikum...wr.wb